TAKDIR?
Aku bersama dua
temanku yang sedang tersenyum – senyum melihatku dan memuji betapa cantiknya
aku membuatku risih,
“wah ,, kau cantik sekali kak”
“YUP, kau cantik sekali Anin”
“diam, kalian berdua, apa yang kalian lakukan padaku kenapa aku
jadi berambut panjang dan memakai rok begini?”
“ayolah kak, ini kencan buta pertamamu kau harus semangat, kau hanya boleh
melepas itu semua jika namja yang kau temui nanti tak menyukaimu” seru Rina polos
“ya baiklah”
Dan disinilah aku
sekarang, berada di sebuah restoran dengan dandanan yang begitu wanita. Bukan
berarti aku tidak wanita, hanya saja aku lebih suka memakai celana dan memotong
cepak rambutku. Cowok yang menjadi kencan butaku lama sekali, ah dia seperti perempuan saja, selang beberapa menit setelah aku bosan menunggu. Seorang
namja dengan tubuh tinggi dan kulit seputih susu berjalan kearahku,
“Hai” sapanya dingin
“Hai, uhm duduklah”
“Berapa umurmu?”
“18 tahun”
“Wah kau lebih muda dariku”
Beberapa menit aku berbicara, wajahnya terlihat tidak terlalu
senang, aku jadi ingin bertanya
“Kau, apa kau terpaksa melakukan ini?”
“Tentu saja” jawabnya datar
“Baiklah, jadi kau tidak menyukaiku setelah melihatku kan?”
“Tidak”
“Bagus, kalau begitu terima kasih, aku kebelakang dulu” aku berjalan
ke toilet mengganti rok dengan celana, memakai jaket dan topiku. Tapi aku lupa
sesuatu aku tidak bawa mobil bagaimana ini aku harus menaruh bajuku dimana,
sementara sejam lagi aku ada pertandingan basket dengan cowok tinggi menyebalkan itu. Aku
pun memutuskan kembali ke tempat cowok kulit putih
susu tadi.
“ehm, maaf namamu siapa?”
“Aku Tristan”
“Tristan, bolehkah aku minta tolong”
“Maaf kau siapa ya?” ampun anak ini, baru beberapa menit kutinggalkan
dia sudah melupakanku.
“Aku gadis blind date mu, bocah”
“Kau? Bagaimana kau bisa berubah setampan ini?”
“Ya! Apa kau bilang? Hey bocah bolehkah aku minta tolong”
“Hey Nona, bisakah kau sopan padaku?”
“Ya! Kau, aku ini lebih tua darimu” tiba – tiba handphone ku
berbunyi, lagu Heart attack berbunyi dengan nyaring, memecah ketegangan
diantara kami.
“Yoeboseyo, Kia”
“Ah ,,, aku akan segera ke lapangan basket”
Aku menoleh kepada orang disampingku dan berbicara kembali padanya
“Apa kau mau menolongku??” aku
kembali bertanya pada cowok kulit putih susu itu, lalu si kulit putih itu hanya tersenyum dan
memberi isyarat agar aku mengikutinya.
Kami berjalan
menuju ke sebuah lapangan basket disebuah kampus. Aku melihat lima anak laki –
laki telah berkumpul disana.
“Yo, man, lets start now”
“Hei Anin, why you come so late?”
“Aih, its because Rina dan Rani, hei Kia dont tell about this to Rani ok”
“Ok, kau membawa Tristan?”
“Ah bocah ini, dia ingin ikut sendiri, jadi biarlah siapa tau dia
berguna”
Enam orang
mahasiswa itu langsung bermain basket bersama, sementara seorang namja kulit
putih susu itu hanya sendirian melihat kelima laki – laki dan seorang gadis
tomboy bermain basket. Waktu istirahat tiba, seorang laki – laki berkulit gelap meminta sesuatu pada gadis itu.
“Anin, bolehkah Tristan menggantikanku, aku sangat lelah”
“Ya! Kia, kau gampang lelah sekali, baiklah terserah saja”
“Hei, bocah apa kau mau?”
“Boleh saja”
Akhirnya mereka semua bermain basket, namun semenjak namja kulit
putih susu ini masuk permainan menjadi tak berimbang, namja ini terus saja
menghadang seorang namja berwajah tegas, sehingga Amber bisa terus mencetak
angka, dan mereka pun memenangkan pertandingan.
“Kris, kami menang mana uangnya”
“Ini, untukmu nona cantik ku”
“berhenti memanggilku seperti itu” kata si gadis tomboy
“Baiklah , bagaimana jika kupanggil kau nyonya Kris?”
“Cih, aku bukan Jessica ataupun Victoria yang mengidolakanmu, jadi
lupakan saja, dan terima kasih uangnya” Akupun berlari menuju teman - temanku.
“ini untuk kalian, terima kasih kerja samanya, aku pulang dulu” aku melangkah pergi sampai sebuah tangan menggenggam tanganku
“Mau kuantar?” tawar Tristan
“Singkirkan tanganmu bocah, aku masih bisa pulang sendiri”
Tristan, melepaskan tangannya. Ekspresinya
yang semula datar dan dingin berubah menjadi lebih bermakna.
“Nona, sepertinya kau menarik” ia berkata lirih namun, Kia yang berada disampingnya mendengarnya lalu tersenyum, dan mengajak
Tristan pulang bersamanya.
Post a Comment