SENJA BERSAMAMU (01)
Suara angin semilir lembut memasuki sebuah ruangan yang tak begitu
luas namun nyaman, didalamnya ada seorang ibu menyisir rambut anak gadisnya.
Sambil mendengar sang gadis kecil berceloteh ibu itu tersenyum.
“Ibu kenapa rambutku harus panjang, ini gerah ibu”
“Karena ibu ingin menyisirnya untukmu,jika rambutmu pendek ibu
takkan bisa melakukannya”
“Ibu, tapi kata pelatih ini menganggu”
“Ah,, pelatihmu itu pasti iri karena ia tak boleh memiliki rambut
panjang”
“Tentu saja,ia kan laki – laki”
Kedua insan ini tertawa gembira. Hingga sang waktu mengubah hari –
hari itu.
“Kring,,kring,,kring”
sebuah bel sepeda berbunyi membangunkan seorang gadis, membuatnya marah dan
mengomel
“Dinda,,, matikan alarm bel sepedamu, ini sangat mengganggu”
“Iya nona, cepat bangun ini bukan rumahmu, pergi sekolah sana” yang
dimarahi malah memarahi gadis manis itu.
“Tak bisakah aku tidur satu jam lagi?”
“Tidurlah,aku akan berangkat sekolah, nanti kau urus sendiri jika
terlambat”
“Ok nyonya Dinda”
Gadis yang bernama Dinda itu pergi meninggalkan si gadis manis yang
masih berkutat di dunia mimpi. Beberapa menit kemudian alarm bel sepeda itu
berbunyi lagi, sang gadis manis membuka matanya dengan benar lalu bersiap
berangkat sekolah. Saat ia membuka pintu ada sebotol air dan sepotong roti “Dinda,kau
memang baik”.
Gadis manis itu
berlari menggunakan baju seragam SMA nya, tapi tunggu ia tak memakai rok ia
justru memakai celana training, dasar gadis aneh. Semua orang dijalan
memandangnya dengan aneh tapi ia tak peduli ia mengeluarkan topi dari tas nya
lalu memakainya. Ia membiarkan topi itu
menutupi rambut panjangnya, ia berlari sekuat tenaga karena 20 menit lagi bel
akan berbunyi. Gerbang sekolah bertuliskan SMA Bina Bangsa telah berada di
depannya,
“Whoa,,, hampir saja”
Ia kembali berlari tanpa sengaja ia menabrak seorang siswa, siswa
tinggi itu memperlihatkan wajah kecut sementara sang gadis manis meminta maaf
sambil memungut topinya yang jatuh. Ia akan kembali berlari ke kelas mengejar
Dinda yang kelihatan dari jauh olehnya, sampai sebuah tangan menggenggam
tanganya
“Hei, kau tidak minta maaf?”
“Apa kau tuli? Aku sudah mengatakannya”
“kapan? Aku tidak dengar”
“dasar cowok tuli”gerutunya dalam hati.
“hei,, minta maaf sekarang”
“baiklah, aku minta maaf untuk yang kedua kalinya dan ini untukmu,
semoga mood mu baik”
“apa dia paranormal?bagaimana ia tau mood ku sedang tidak baik”
siswa laki – laki itu bergumam sendiri sambil memandangi permen yang diberikan
gadis tadi.
Disisi lain sang
gadis itu merangkul temannya dari belakang. “Dinda aku menang kan? Aku tidak
telat, mana es krimnya?”
“Ya Diana aku akan mentraktirmu nanti”
“terima kasih Dinda”
Bel berbunyi dan mereka masuk kelas masing – masing, Tuhan memulai
takdirnya, kita tidak akan bertemu orang yang salah. Hanya menunggu ia menjadi
orang yang benar untuk kita.
Bel pelajaran
telah dimulai namun, guru bahasa Indonesia tak kunjung datang anak – anak pun
berceloteh ria tak terkecuali Diana dan Dinda.
“Din , apa suaraku terlalu pelan?”
“Memangnya kenapa?” jawab Dinda datar sambil melihat keluar kelas
“Hey, dengerin kalo orang lagi ngomong, kamu liat apa sih?”
Diana pun ikut melihat keluar lapangan,
ia melihat sekelompok anak kelas sebelah sedang melakukan pelajaran olahraga.
Disitu ada seorang cowok tinggi berparas manis, berkulit kecoklatan namun
terlihat raut yang sangat ramah.
“Aih,, aku tau kamu pasti melihat Arzo kan?”
“Cih, kamu tau aja, mintain nomor handphone nya dong Di”
“Bisa,tapi traktir aku selama seminggu gimana?”
“Iya deh”
Diana tersenyum bahagia,karena ia akan mendapat makanan gratis
selama seminggu dari Dinda. Saat anak – anak sedang ramai, tibalah ibu guru
bahasa Indonesia di depan kelas sambil membawa seorang murid.
“Anak – anak maaf ibu tadi lama, ada teman baru kalian yang harus
mengurus administrasi sehingga ibu harus menemaninya, kamu kenalkan namamu”
“Nama saya Adrian Ferdinan, teman – teman saya biasa memanggil
Ferdi”
“Ferdi kamu bisa duduk dibelakang dulu,disebelah bangku Dinda dan
Diana”
“iya bu”
Murid yang berperawakan tinggi itu pun berjalan menuju bangku
paling belakang, Diana pun memperkenalkan diri pada orang yang duduk dibangku
sampingnya itu.
“Hai, aku Diana dan ini Dinda, selamat datang”
“.......”
Tidak ada tanggapan apapun dari cowok berparas tampan itu, lalu
Dinda menyelat “Aku Dinda”
“Aku Ferdi,salam kenal Dinda”
Diana menggerutu dalam hati “apa – apaan cowok ini, dasar
menyebalkan”
“DIANA PRAVITASARI” suara ibu guru memanggil Diana dengan keras
“iya ”
“berdiri, lari lapangan sepuluh kali”
“salah saya apa bu?”
“mana rok kamu?”
“maaf, bu saya ganti deh nanti”
“lari... sekarang juga!”
“i,,iya ”
Kelas dimulai dengan berisik, Diana pun keluar kelas ditemani
sorakan teman – temannya. Ia pun berlari keliling lapangan dengan wajah kecut.
Sementara ada sesosok laki – laki yang berpakaian olahraga sedang memandanginya
dengan tersenyum geli.
“Ah dasar Didi”
Bel pulang
berbunyi, semua anak keluar dari kelas masing – masing begitu pula Diana dan
Dinda, ada pula seorang murid yang diam – diam memperhatikan mereka berdua
sambil berpikir dalam hati “ yang mana, diantara mereka yang merupakan Candy
ku? Mungkin yang rambutnya terurai candy ku kan selalu manis” lalu murid itu
pergi sambil terus memikirkan sebuah rencana untuk Candy. Disisi lain Diana dan
Dinda berceloteh
“Cih,, cowok tadi menyebalkan sekali”
“Siapa?Ferdi, sepertinya dia menyukaiku”
“iya,rasanya aku ingin sekali menghajarnya, hei bukannya kau naksir
Arzo?”
“Siapa yang ingin kau hajar, hei Didi? Dan kenapa kalian menyebut
namaku?” Sebuah suara tegas datang dari arah belakang Diana, sementara mata
Dinda membelalak, lalu menunduk. Sedangkan Diana memutar kepalanya kesamping
dan Arzo pun mengembangkan senyumnya sambil menjitak Diana
“Ayo latihan”
“Cih,, sakit tau, dan FYI namaku tuh Diana bukan Didi”
“Ah aku tak sudi memanggilmu dengan nama semanis itu, tidak cocok
tau”
“kau mau bertarung”
“tentu saja, ayo bertarung di arena, dan jika aku menang aku akan
terus memanggilmu Didi, bagaimana?”
“Deal” Arzo pun tersenyum, Dinda agak kecewa karena merasa
diabaikan oleh dua orang ini.
“Ehem..” Dinda berdehem
“Hai Dinda yang cantik”Arzo menyapa Dinda dengan kata manis sontak
hal ini membuat semu merah di pipi Dinda. Lalu Diana dan Arzo pun pamit untuk
pergi ke ruang ekstra kulikuler pencak silat yang berada diujung koridor
sekolah.
Post a Comment