Header Ads

Masalahlu (satu)



        
Amel!” siapa yang mengangguku siang siang begini sih, acara tidurku yang ditemani segelas susu coklat terganggu. Akupun mendongakkan kepalaku. Kudapati Tiffany berlari kearahku dengan wajah ceria, ia membawa surat undangan.
Am, ini undangan untukmu, aku dan Hadi  akan menikah bulan depan, kau datang ya!” ucapnya dengan memberiku seulas senyum
“Ehm, aku pasti datang, aku akan mempersiapkan hatiku” ucapku lesu
“Kau jangan lesu gitu Am, meski nanti ada Sandra dan Sandy di acaraku, kau tak boleh menangis!” ucapnya cerewet, aku suka sekali melihat wajah manis, dan ucapan cerewetnya, mengingatkanku, bahwa aku masih punya dia, meski sahabat dan kekasihku telah menghianatiku
         Ou iya aku lupa memperkenalkan diri, namaku adalah Amelia Rahayu, aku jawa asli bisa dilihat dari namaku, aku gadis yang tinggi dengan tubuh 165 dan berat badan 50 kg, wajah chubby dan food lovers. Dan yang tadi teriak gak jelas itu sahabat terbaik sepanjang masa, Tiffanny yang sudah kukenal sejak masih malu-malu sampai yang sekarang malu-maluin. Dia gadis imut dengan eyesmile yang sangat cantik.
           Selesai percakapan singkat dengan Tiffany tadi siang, aku kembali ke butik ku. Aku berprofesi sebagai seorang perancang busana. Dulu aku tidak pernah berfikir melakukan ini jika saja, sahabat dan pacarku tak menghianatiku. Dulu aku sudah puas menjadi seorang gadis kantoran yang berkacamata tebal dan berwajah cupu, tapi sejak saat itu, aku berubah. Aku muak dengan kepatuhan. Aku ingin mandiri dan berdiri sendiri, membuang kaca mata tebalku dan penampilan culunku. Mengingat mereka sama saja mengingat luka yang sangat dalam. Sampai saat ini aku masih ingat dengan jelas percakpan mereka.
Sandy, kapan kau akan memutuskan Kak Amel ? Tambah hari tambah parah saja dia”
Baby, kau jangan begitu dia kan sahabatmu “
“Dia sahabat yang memalukan, kalau bukan karena dia pintar, aku tak mungkin mau mendekatinya, sudah cupu, miskin lagi”
“Kau benar, tapi dia lah yang membantuku mencapai posisi ini, jadi aku akan memutuskannya setelah anniversary kami”
“Brakk” aku gemetaran mendengar percakapan mereka di ruangan Sandy, aku menjauhkan kotak bekal yang hendak kuberikan padanya. Aku berlari sekuat tenaga dan menyerahkan surat pengunduran diri keesokan harinya. Panggilan salah seorang staffku membangunkanku dari lamunan yang menyedihkan itu, membawaku kembali ke alam nyata.Aku kembali menggoreskan pensil diatas kertas sketch, membuat sketsa sebuah gaun pernikahan yang sangat bagus, membuatku kembali teringat tentang kami, beberapa goresan pensilku berhenti dan aku mulai menangis dalam kesunyian malam, mengeluarkan semua beban yang ada dihatiku.
Disisi lain disebuah rumah yang begitu megah, seorang laki-laki dengan tubuh tingginya, sedang memasang ekspresi kaget di wajah tampannya.
Kak, kau yakin akan menikah bulan depan?” Seru seorang laki-lai tinggi dengan mata tajam kepada kakak perempuan tercintanya.
“Tentu saja, kau pikir untuk apa aku menjalin hubungan bertahun- tahun ha?”
Benar juga, tapi aku pasti akan langsung kau singkirkan dari rumah ini, kau pasti akan lebih peduli pada calon suamimu daripada aku”
Alfred Harjokusumo tolong jangan kekanak – kanakan, kau itu sudah 23 tahun, sudah menjadi CEO Harjo Corporation, jadi jangan merengek mengerti?”
“Aku hanya takut kehilanganmu kak” Jawab laki-laki itu dengan cemberut
“Makanya cari pacar!” seru Tiffany dari dapur
“Pacar? Ide bagus, mungkin aku bisa memacari sekertarisku dan mengajaknya ke pestamu bulan depan ahahahha”
Sebuah tonyoran langsung dihadiahkan Tiffany kepada adik tampannya
“Kau bodoh atau apa, sekertaris mu itu kan Dimas, dia itu laki –laki, dasar kekanakan”
“Tapi Dimas itu pintar masak, dia sudah cocok jadi ibu rumah tangga dan..”
“Ehm” sebuah deheman menginterupsi percakapan kakak adik itu
Alfred, aku masih normal dasar” Dimas langsung menghambur ke arah Alfred dan memukulinya
“Ampun Dim, ampun”
“Ahahahaha “ dan mereka tertawa bersama memecah kesunyian malam.
            Matahari memunculkan sinar yang begitu menyengat pagi ini, membuatku ingin cepat bangun dan berangkat menuju ke butik ku.
             Gaunnya sudah sampai, ini bagus sekali, terima kasih “ Sapa Tiffany dari seberang telfon.
“Ehm, jangan lupa kirim uangnya ke rekeningku biasanya ya Fanny”
“Ish dasar penyuka uang, apa aku bisa meminta tolong sekali lagi”
“Apa?” jawabku malas
Tolong pilihkan setelan untuk adikku, dia lupa membeli nya”
“Apa?? Adikmu itu tolol atau apa, pernikahanmu sudah dilangsungkan besok dan dia bahkan belum ada setelan? Kenapa tidak kau pesankan sekalian dengan bajumu kemarin” cecarku pada Tiffany
“Dia bilang, dia tidak mau , dan sekarang dia memintaku membelikannya”
“Baiklah kirim si tolol itu kemari”
“Baiklah, tapi jangan kau makan dia ya”
“mana mungkin aku memakan adik sahabatku Tiff”
Beberapa menit kemudian, ketika aku menyibukkan diri dengan urusan pesanan pintu terbuka
Selamat pagi” sapa seorang laki – laki berperawakan kecil dengan senyum manis
Apa kau adik Tiffany?”
Bukan, saya Dimas, sekretarisnya, tapi aku bisa menggambarkan seperti apa bos ku dan ini daftar ukuran bajunya”
“Ah baiklah, tolong gambarkan selera bos anda, dan saya akan memilihkannya”
“blaa,,bla,, bla” Dimas menjelaskan bagaimana bosnya dengan detail, sehingga aku bisa memilihkan satu baju
“Baju ini sepertinya cocok, sampaikan salamku pada Tiffany ya”
Baik nona Amel,senang berbicara dengan anda, sampai jumpa”
Keesokan harinya, aku menyiapkan diri untuk pernikahan Tiffany, aku berulang kali mematut diri di cermin, aku berangkat ke butik memeriksa semua karyawannya.
“Minah, aku akan berangkat ke pesta pernikahan temanku, apa aku terlihat cantik?”
“Anda cantik sekali nona,tapi kenapa wajah anda begitu cemas?”
“bukan apa – apa, aku pergi dulu, bye Minah, bye Andin,jaga butik ya”
“Ne, nona selamat bersenang – senang” kedua pegawaiku melambaikan tangan, sepertinya mereka bahagia, melihat untuk pertama kalinya aku membiarkan rambutku tergerai dan memakai make up.
Pernikahan Tiffany begitu megah, wajar saja dia kan anak dari salah satu dari deretan orang terkaya di Indonesia.Semua tamu datang dan menyalami sang pengantin yang terlihat cantik dan tampan, semua tamu begitu khidmat saat menyaksikan pemberkatan tadi, termasuk aku. Kami pun berkumpul bersama teman satu geng kami,
“Hai” mereka semua datang dan saling menyapa, Tiffany kesusahan dengan gaunnya  tapi tetap mengahmpiri kami, Jessica yang cool, Hani dan Harumi yang cerewet, Yana yang cantik dan tiba-tiba datang Sandra yang sok polos. Jika bukan karena Tiffany mungkin aku sudah malas melihat Sandy dengan tampang sok lugunya itu. Sebaiknya aku cepat-cepat pergi. Ketika aku berbalik dan berpura-pura ingin mengambil makanan, terintrupsi oleh suara bass seseorang,
“Lama tidak berjumpa Ayu, kau semakin Ayu[1] saja”  Suara itu, aku paling membencinya, terutama cara dia memangiku.
To be Continued……..






[1] Ayu = Cantik dalam bahasa jawa

No comments

Powered by Blogger.